Posted by : Unknown
October 27, 2016
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Kamis/24 Maret 2016
Biokimia Umum Waktu : 15.00-18.00 WIB
PJP : Syaefudin, SSi, MSi
Asisten : Annisa D A K
M Fakhri R
Bayu Cakra B
Rizki Rinda
LIPID
Kelompok
1
Ita Lestari
Telaumbanua B04140189
Fathan Abdul
Aziz B04150059
Faza Adriani
Nurfazri B04150153
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Lipid berasal dari bahasa yunani
yaitu lipos yang artinya lemak. Lipid
merupakan molekul yang larut dalam pelarut organik nonpolar dan tidak larut
dalam pelarut yang polar. Lipid memiliki kemampuan untuk membentuk membran yang
berbentuk seperti lembaran. Membran plasma pada sel prokariotik maupun sel
eukariotik berfungsi memisahkan bagian seluler sel dari lingkungan luarnya
sehingga sel dapat menjalankan fungsinya sebagai unit kehidupan. Lipid juga
merupakan salah satu kategori molekul biologis yang besar yang tidak mencakup
polimer (Stansfield et al. 2006).
Lipid tidak memiliki atau sedikit
sekali afinitasnya terhadap air. Lipid memiliki sifat hidrofobik didasarkan
pada struktur molekulernya. Lipid sebagian besar terdiri dari atas hidrokarbon
meskipun lipid bisa memiliki beberapa ikatan polar yang berikatan dengan
oksigen. Lipid lebih kecil jika dibandingkan dengan makromolekul (polimerik)
sesungguhnya, dan merupakan gugus yang sangat beragam bentuk maupun fungsinya.
Lipid melipuri waks (lilin) dan pigme-pigmen tertentu. Lemak, fosfolipid, dan
steroid juga termasuk lipid (Campbell et
al. 2002). Sebagian besar biomolekul diklasifikasikan sebagai lipid karena
sifatnya yang larut dalam lemak (lipofilik) dan pelarut organik, tetapi tidak
larut dalam air. Lipid dibagi menjadi empat golongan, yaitu trigliserida,
fosfolipid, steroid, dan prostaglandin (James et al. 2002).
Trigliserida merupakan lemak yang
ditemukan dalam makanan dan merupakan sumber energi yang paling kaya dari
makanan. Trigliserida tersusun dari dua subunit yaitu gliserol dan asam lemak.
Gliserol mengandung gugus fungsional –OH dan merupakan suatu alkohol. Asam
lemak merupakan rantai panjang atom karbon dan hidrogen yang mengandung gugus
fungsi asam karboksilat. Karena rantai karbon yang panjang ini maka lemak tidak
larut dalam air. Jika karbon dalam rantai hanya berikatan tunggal maka disebut
asam lemak jenuh sedangkan jika memiliki ikatan karbon ganda disebut asam lemak
tak jenuh. Semakin banyak ikatan ganda yang dimiliki suatu molekul maka semakin
besar kemungkinan molekul tersebut berbentuk minyak (cair). Trigliserida
terbentuk jika tiga asam lemak bergabung dengan satu molekul gliserol disertai
pelepasan molekul air untuk membentuk trigliserida berbentuk E. Trigliserida
memiliki gugus fungsi ester (James et al.
2002).
(a)
|
(b)
|
Gambar 1
struktur asam lemak (a) jenuh (b) tak jenuh (James et al. 2002)
Gambar 2 trigliserida (Campbell et al. 2002)
Fosfolipid memiliki struktur yang
sama dengan trigliserida. Perbedaan fosfolipid dan trigliserida yaitu
fosfolipid hanya mengandung dua asam lemak, dan asam lemak ketiga digantikan
oleh gugus yang mengandung fosfor. Fosfolipid memiliki dua area yang berbeda
dan dapat ditemukan di membran sel (James et
al. 2002).
Steroid merupakan senyawa larut
lemak. Rantai-rantai atom yang berbeda menonjol ke luar dari cincin dan sifat
rantai ini menentukan bentuk steroid. Steroid yang penting dalam tubuh adalah
hormon seks, garam empedu, kortikosteroid, dan kolesterol (James et al. 2002).
Prostagladin merupakan turunan
asam lemak. Prostagladin dapat ditemukan pada semua jaringan tubuh. Fungsi dari
prostagladin adalah sebagai mediator kimia. Prostagladin dapat meningkatkan
atau menurunkan tekanan darah, mengatur pembekuan darah, dan berperan penting
dalam pengaturan suhu dan persepsi nyeri (James et al. 2002).
Praktikum berjudul lipid.
Praktikum lipid bertujuan menunjukan sifat dan struktur lipid melalui uji-uji
kualitatif. Tujuan lainnya yaitu mempelajari sifat-sifat lipid melalui beberapa
reaksi uji kualitatif untuk lipid.
METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum mata kuliah biokimia berjudul Protein.
Pratikum ini dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Maret 2016. Praktikum
bertempat di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ialahtabung
reaksi, penjepit tabung reaksi, labu erlenmeyer, alat pengocok otomatis,
pembakar Bunsen, kertas saring, pipet tetes, pipet mohr, dan sumbat karet.
Adapun bahan-bahan yang digunakan ialah air, eter, kloroform, alkohol panas,
alkohol dingin, alkali, asam encer, minyak kelapa, lemak hewan, mentega,
margarin,blue band, gliserol, asam stearat, asam palmitat, kristal KHSO4, pati,
pereaksi Jod Hubl, minyak kelapa tengik, asam oleat, HCl pekat, floroglusinol,
serbuk CaCO3, kolesterol, kloroform anhidrat, asam sulfat pekat, dan asam
asetat anhidrat.
Prosedur Percobaan
Uji kelarutan, sebanyak 2 mL pereaksi/pelarut
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Setelah itu, sedikit bahan
percobaan dibubuhkan ke dalam tabung reaksi yang sudah bersih pelarut.
Kemudian, isi tabung dikocok kuat-kuat. Pelarut yang digunakan adalah air,
eter, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer. Bahan
percobaan yang digunakan adalah minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin,
gliserol, asam stearat, dan asam oleat
Uji akrolein, sedikit kristal KHSO4
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu, sebanyak
3-4 tetes bahan percobaan dibubuhkan ke dalam tabung reaksi tersebut dan
dipanaskan langsung di atas api. Kemudian, bau akrolein yang berupa asap putih
dibandingkan dengan bau SO2 yang terbang dari karbohidrat yang
dipanaskan. Uji ini dilakukan terhadap miinyak kelapa, lemak hewan, gliserol,
asam palmitat, asam stearat, dan pati.
Uji ketidakjenuhan,
sebanyak 1 mL bahan
percobaan dimasukkan ke dalam tabung bersih. Selanjutnya, ditambahkan kloroform
sama banyaknya dan dikocok sampai semua bahan larut. Kemudian, dibubuhkan tetes
demi tetes pereaksi Jod Hubl sambil dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan,
mentega, blue band, asam stearat, dan asam oleat.
Uji ketengikan, labu erlenmeyer 100
mL yang bersih dan kering disediakan dan dimasukkan bahan percobaan sebanyak 5
mL. Selanjutnya, ditambahkan 5 mL HCl pekat dan dicampurkan hati-hati.
Kemudian, disediakan kertas saring yang dicelupkan ke dalam floroglusinol dan
disumbat karet. Lalu, serbuk CaCO3 dimasukkan dan segera ditutup
dengan sumbat karet yang dijepitkan kertas floroglusinol, sehingga kertasnya
tergantung. Keadaan ini dibiarkan 10-20 menit. Uji ini dilakukan pada minyak
kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan, dan mentega.
Uji salkowski untuk kolestrol, beberapa milligram kolesterol dilarutkan di dalam 3 mL
kloroform anhidrat yang berada dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
Selanjutnya, ditambahkan asam sulfat pekat dengan volume yang sama dan dikocok
perlahan-lahan. Kemudian, lapisan cairan tersebut dibiarkan terpisah dan
diamati warna yang terjadi.
Uji Lieberman-Buchard
untuk kolesterol, sebanyak 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tetes
asam sulfat pekat ditambahkan ke dalam larutan-larutan kolesterol dan kloroform
dari percobaan Salkowski. Selanjutnya, tabung dikocok perlahan-lahan. Kemudian,
tabung dibiarkan selama beberapa menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagian besar lipid mengandung rantai asam lemak
nonpolar yang larut pada pelarut organik nonpolar. Keberadaan lipid
mengindikasikan bahwa sampel yang di uji mengandung lemak, dan mudah terurai di
pelarut organik nonpolar. Trigliserol pada umumnya mengandug rantai asam lemak
yang kecil dan terkadang larut dalam air (Nigam dan Ayyagari 2008).
Tabel 1 Kelarutan lipid pada
berbagai pelarut
Bahan
percobaan
|
Pelarut
|
||||||
Air
|
Eter
|
Kloroform
|
Alkohol
panas
|
Alkohol
dingin
|
NaOH
|
HCl
|
|
Minyak kelapa
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Lemak hewan
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
Mentega
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
Margarine
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
Gliserol
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Asam oleat
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
Asam stearat
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan: (+) : larut
(-) : tidak larut
Derajat kelarutan merupakan
kemampuan suatu zat terlarut untuk dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu. Uji
kelarutan didasarkan pada prinsip kelarutan minyak di pelarut organik dan
ketidaklarutannya di air (Chary dan Sharma 2004). Sesuai dengan teori “Like-Dissolves-Like” maka zat terlarut
yang polar akan larut di pelarut yang polar, sebaliknya zat terlarut nonpolar
akan terlarut di zat terlarut yang nonpolar juga(Anslyn dan Dougherty 2004).
Berdasarkan
hasil percobaan semua bahan tidak larut dalam air. Sampel tersebut tidak larut
dalam air karena semua bahan bersifat nonpolar sedangkan air
bersifat polar.
Gliserol larut pada air, tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dapat terjadi
karena kesalahan mata yang kurang melihat batas antara gliserol dan air, atau
air yang dipakai telah terkontaminasi dengan zat lain. Pada pelarut eter minyak kelapa dan lemak hewan tidak larut, hal
tersebut mungkin disebabkan oleh sifat eter yang sedikit polar. Kloroform melarutkan semua bahan karena merupakan pelarut organik. Alkohol
panas dapat melarutkan gliserol, asam oleat dan asam
stearat. Karena suhu panas alkohol dapat melarutkan sebagian
lemak dan minyak. Alkohol dingin melarutkan lemak hewan, gliserol, dan asam oleat, karena gliserol yang memiliki 3 gugus
hidroksil sehingga bersifat cenderung polar dan asam oleat seharusnya tidak
larut dalam alkohol dingin karena sifatnya yang nonpolar. NaOH melarutkan lemak hewan, mentega, margarine, gliserol karena terjadi reaksi penyabunan. HCl melarutkan gliserol.
Uji akrolein dilakukan untuk
menentukan keberadaan gliserin atau lemak. Parameternya adalah akan menimbulkan
bau akrolein yaitu seperti bau lemak terbakar. Hasil uji akrolein, gliserol
dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam lemak atau minyak akan mengalami
dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam
uji tersebut adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol.
Gambar 3 Reaksi yang terjadi dalam uji akrolein (Hart et a.l 2003)
Tabel 2 Uji akrolein
Bahan Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Keterangan
|
Minyak kelapa
|
+
|
Berasap
bau
|
Lemak hewan
|
+
|
Berasap
bau
|
Gliserol
|
+
|
Berasap
bau
|
Asam palmitat
|
-
|
Tidak
berasap, tidak bau
|
Asam stearat
|
+
|
Berasap
bau
|
Pati
|
-
|
Tidak
berasap bau
|
Keterangan: (+) : mengandung gliserol
(-) : tidak mengandung gliserol
Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa
senyawa yang akan membentuk akrolein. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan KHSO4
yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk
aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO). Akrolein lah
yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Hart et a.l 2003).
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan, gliserol dan pati digunakan sebagai
acuan. Gliserol memberikan hasil positif yang membentuk asap putih dan berbau
tengik atau seperti bau
gosong sedangkan pati dan asam palmitat memberikan hasil negatif karena tidak memiliki
gliserol dalam komposisi penyusunnnya. Minyak kelapa, lemak hewan, asam palmitat, dan asam stearat positif mengandung gliserol sebagai
komposisi penyusunnya. Namun hasil percobaan tidak sesuai, seharusnya asam
stearat bereaksi negatif karena hanya mengandung asam lemak tidak mengandung
gliserol.
Penambahan pereaksi
KHSO4 pada uji akrolein berfungsi untuk mengkatalisis gliserol yang
ada dalam sampel, sedangkan pemanasan dengan api yang
kecil untuk menghilangkan keberadaan air dalam larutan contoh.Pembentukan akrolein ini terjadi karena dehidrasi
gliserol dalam minyak/lemak yang menghasilkan aldehid akrilat atau
akrolein.Sedangkan pada asam palmitat tidak menimbulkan bau, karena tidak
mengandung flatogliserol dan tidak terbentuk trigliserida sehingga akrolein
tidak terbentuk.
Uji ketidakjenuhan,
prinsipnya adalah ada tidaknya ikatan rangkap yang
terbentuk dnegan terbentuknya senyawa merah. Jika suatu asam lemak mengandung
satu ikatan rangkap atau lebih maka dikatanan asam lemah tidak jenuh. Fungsi Iod
Hubl pada uji ini adalah sebagai pengadisi ikatan rangkap yang ada pada asam lemak tidak jenuh menjadi ikatan
tunggal. Perbedaan antara lemak dan minyak hanya
pada bentuk fisiknya. Pada suhu kamar lemak berbentuk
padat sedangkan minyak berbentuk cair.
Padat atau cairnya suatu lemak tergantung pada beberapa faktor yaitu iklim,
panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak penyusunnya, serta banyak atau
sedikitnya ikatan rangkap asam lemak penyusunnya (Sumardjo 2009).
Hasil uji ketidakjenuhan
menunjukan bahwa minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan, mentega,
margarine, dan asam oleat memiliki ikatan rangkap. Artinya sampel tersebut
mengandung asam lemak tidak jenuh. Asam stearat mengandung asam lemak jenuh
karena tidak memiliki ikatan rangkap. Uji ini dilakukan untuk menentukan ada
atau tidaknya asam lemak jenuh pada sampel, meskipun ikatan rangkap yang ada
pada sampel hanya sedikit hasil yang didapatkan akan tetap positif.
Tabel
3 Uji ketidakjenuhan
Bahan percobaan
|
Hasil pengamatan
|
Perubahan warna
|
Minyak kelapa
|
+
|
Kuning-bening
|
Minyak kelapa tengik
|
+
|
Kuning-kuning
|
Lemak hewan
|
+
|
Putih-bening
|
Mentega
|
+
|
Oranye-kuning
|
Margarine
|
+
|
Kuning-kuning
|
Asam stearat
|
-
|
Kuning-kemerahan
|
Asam oleat
|
+
|
Kuning-kuning
|
Keterangan
: (+)
:ada ikatan rangkap
(-) :tidak ada ikatan rangkap
Tabel 4 Uji
ketengikan
Bahan percobaan
|
Warna kertas
|
Hasil
|
Gambar
|
Minyak
kelapa tengik
|
Merah
muda
|
+
|
|
Minyak
kelapa
|
Tetap
|
-
|
|
Lemak
hewan
|
Merah
muda
|
+
|
|
Mentega
|
Merah
muda
|
+
|
Keterangan: (+) : bahan coba tengik
(-) : bahan coba tidak tengik
Ketengikan
adalah perubahan struktur pada minyak yang menyebabkan perubahan aroma pada
minyak. Aroma minyak jadi spesifik dan tidak sedap. Berdasarkan penyebabnya,
ketengikan dibagi menjadi dua jenis yaitu ketengikan hidrolisis dan ketengikan
oksidatif (Coultate 2002). Ketengikan hidrolisis disebabkan akibat lepasnya
komponen asam lemak bebas yang terdapat pada minyak akibat proses lipolisis.
Lipolisis adalah proses hidrolisis ikatan ester pada lemak (triasilgliserol)
sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas rantai
pendek akan menghasilkan bau khas yang tidak sedap yang dikenal dengan istilah
tengik. Proses lipolisis dapat terjadi akibat pengaruh enzim, atau pemberian
panas, dan air. Terbentuknya asam lemak bebas dengan 6-10 rantai hidrokarbon
dapat menunjukkan kerusakan pada minyak (Rahman 2007). Ketengikan oksidatif
diakibatkan oleh proses oksidasi lemak pada minyak. Penyebab utama oksidasi
lemak adalah autooksidasi. Reaksi autooksidasi pada lemak terjadi melalui
pembentukan radikal bebas. Terdapat 3 tahap yaitu inisiasi, propagasi, dan
terminasi (deMan 2000).
Pada uji ketengikan HCl
pekat berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat terjadinya ketengikan. HCl pekat yang ditambahkan akan menyumbangkan
ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak
radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat
sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akandihasilkan peroksida. CaCO3
berperan untuk mengoksidasi minyak atau lemak yang diuji. Floroglusinol berfungsi
sebagai indikator atau penanda terbentuknya warna merah muda yaitu untuk
melihat kualitas sampel,
tengik atau tidak. Warna
merah muda pada uji ketengikan menunjukan bahwa sampel yang diuji tengik.
Warna merah muda dihasilkan dari reaksi antara
floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut. Ketengikan yang terjadi pada suatu bahan dipengaruhi
proses penyimpanan yang terlalu lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi
dengan udara bebas yang menyebabkan bahan menjadi tengik. Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak
menunjukkan bahwa golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen
dalam udara bebas (Poedjiadi 2006).
Hasil
dari uji ketengikan menunjukan bahwa terjadi perubahan warna menjadi merah muda
pada minyak kelapa tengik, lemak hewan, dan mentega. Pada minyak kelapa tidak
terjadi perubahan warna. Perubahan warna menjadi merah muda menunjukan bahwa
sampel mengalami ketengikan. Minyak kelapa tidak mengalami ketengikan yang
berarti tidak ada kerusakan asam lemak yang terjadi.
Tabel 5 Uji
kolesterol
Uji
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Salkowski
|
+
|
Ada
kolesterol
|
|
Lieberman Buchard
|
+
|
Ada
kolesterol
|
Keterangan: (+) : mengandung kolesterol
(-) : tidak mengandung kolesterol
Kolesterol
adalah bagian dari lemak yang disebut lipid plasma. Bersama-sama dengan
trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas, kolesterol merupakan unsur utama
dari lipid plasma. Fungsi kolesterol adalah untuk mensintesis membran sel,
mengubah fluiditas sel dan mensintesis hormon steroid dan asam empedu. Dalam
tubuh terdapat lemak jahat dan lemak baik. Lemak jahat bila terlalu banyak di
dalam tubuh dapat menyebabkan penumpukan kolesterol di pembuluh darah. Jika
terjadi penumpukan kolesterol pada pembuluh darah maka dapat terjadi stroke, atau penyakit jantung koroner
(Tapan 2005).
Dari hasil percobaan uji salkowski menunjukkan hasil
dengan warna merah kecoklatan yang menunjukkan terjadinya reaksi antara
kolesterol dengan asam sulfat pekat. Berdasarkan uji Lieberman-buchard,
kolesterol yang dilarutkan dalam asam asetat anhidrat dan ditambah asam sulfat
pekat terbentuk warna hijau pada larutan. Hal ini menunjukkan reaksi positif. Warna hijau yang terbentuk
sangat pekat. Semakin pekat warna yang terbentuk, menunjukkan bahwa kolesterol
dalam sampel yang diuji semakin banyak.
Uji
Salkowski dan Lieberman-Buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya
kolesterol. Pada uji Salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan
terjadinya reaksi antara kolesterol dengan asam sulfat pekat. Warna hijau pada
uji Lieberman-Buchard menunjukkan reaksi antara kolesterol dengan asam asetat
anhidrat. Apabaila kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan larutan ini
dituangkan dalam larutan asam sulfat pekat maka akan berwarna kekuning kuningan
dengan flouresensi hijau bila dikenai cahaya. Bagian kloroformakan berwarna
biru dan yang berubah menjadi merah dan ungu. Hasil percobaan diperoleh tiga
lapisan warna, yaitu lapisan atas (asam) berwarna hijau, bgian tengah berwarna
coklat kehitaman, dan lapisan dasar (kloroform) berwarna merah.
Uji Liberman Buchard juga dapat
menentukan kandungan kolesterol. larutan kolesterol dalam kloroform bila
ditambah andhidrida asam asetat dan asam sulfat pekat maka larutan tersebut
mula-mula akan berwarna merah kemudian biru dan hijau. Ini disebut reakasi
Lieberman Buchard. Warna hijau yang terjadi ini sebanding dengan konsentraasi
kolesterol. Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang
terkandung di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan
lemak. Karena sifat dari lemak adalah nonpolar dan kloroform juga bersifat
nonpolar.kemudian pada penambahan asam asetat adalah untuk membentuk turunan
asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil yang akan beraksi dengan
asam sulfat pekat membentuk larutan warna. Penambahan H2SO4
ini berfungsi untuk memutuskan ikatan ester pada lemak. Warna hijau ini
disebabkan karena adanya gugus hidroksi (-OH) dari kolesterol yang bereaksi
dengan perekasi lieberman-burchard.
SIMPULAN
Lipid merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam
larutan polar, tetapi dapat larut dalam larutan nonpolar. Lipid yang memiliki
ikatan rangkap merupakan lipid yang bersifat tak jenuh dan bentuknya cair pada
suhu kamar. Lipid tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap mudah teroksidasi
sehingga menimbulkan ketengikan. Lipid yang tidak memiliki ikatan rangkap
merupakan lipid yangbersifat jenuh dan tidak mudah teroksidasi, sehingga tidak
menimbulkan ketengikan. Kolesterol adalah bagian dari lemak yang disebut
lipid plasma.
DAFTAR PUSTAKA
Anslyn EV,
Dougherty DA. 2004. Modern Physical
Organic Chemistry. Sausalito (USA): University Science Books.
Campbell NA,
Reece JB, dan Mitchell LG. 2002. Biologi
Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.
Chary TM, Sharma
H. 2004. Practical Biochemistry for
Medical and Dental Students. New Delhi (IN): Jaypee Brothers Medical
Publishers.
Coultate TP.
2002. Food: The Chemistry of Its
Components 4th Ed. Cambridge (UK): The Royal Society of Chemistry.
DeMan JM. 2000. Principles of Food Chemistry 3rd Ed.
Gaithersbug (US): Aspen Pub Inc.
Hart H, Craine LE, Hart DJ. 2003. Kimia Organik. Jakarta (ID): Erlangga.
James J, Baker
C, dan Swain H. 2008. Prinsip-prinsip
Sains Untuk Keperawatan. Jakarta (ID): Erlangga.
Nigam A,
Ayyagari A. 2008. Lab Manual in
Biochemistry, Immunology, and Biotechnology. New Delhi (IN): Tata
McGraw-Hill.
Poedjiadi A. 2006. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Rahman MS. 2007.
Handbook of Food Preservation 2nd Ed.
Boca Raton (US): CRC Press.
Stansfield WD,
Colome JS, Cano RJ. Schaum’s Easy Outlines Biologi Molekuler dan Sel. Jakarta
(ID): Erlangga.
Sumardjo D.
2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan
Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata.
Jakarta (ID): EGC.
Tapan E. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta (ID): PT
Elex Media Komputindo.
Terimakasih telah membaca artikel LAPORAN BIOKIMIA LIPID. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://jaringanfathan.blogspot.com/2016/10/lipid.html. Jika ingin copy paste artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumber.