Posted by : Unknown
October 27, 2016
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Kamis/19 Mei 2016
Biokimia Umum Waktu : 15.00-18.00 WIB
PJP : Syaefudin, SSi, MSi
Asisten : Rizki Rinda
Listia Vidyawati
Bayu Cakra B
M Maftuchin Sholeh
PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM
DARAH
Kelompok
1
Ita Lestari
Telaumbanua B04140189
Fathan Abdul
Aziz B04150059
Faza Adriani
Nurfazri B04150153
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Karbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri atas
atom–atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki rumus umum
(CH2O)n. Sebagai contoh, molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6.
Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau
metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat
dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati
dan digunakan oleh sel- sel pada jaringan otot sebagai sumber energi (Poedjiadi
dan Titin 2007).
Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme.
Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan merupakan sumber
karbon untuk sintesis sebagian besar nyawa lainnya. Semua jenis sel manusia
menggunakan glukosa untuk memperoleh energi (Marks et al. 2000).
Gula darah dapat diartikan menjadi tingkat glukosa
yang ada di dalam darah. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang
mengalami glukogenesis. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada
saat karbohidrat tidak tersedia. Glukosa terus menerus diperlukan sebagai sumber
energi bagi tubuh, khususnya bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga
diperlukan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber gliseralida-gliserol.
Glukosa juga mempunyai peran dalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus
asam sitrat di seluruh jaringan tubuh. Glukosa juga merupakan satu-satunya
bahan bakar yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray
2006).
Kadar glukosa darah normal adalah 70-90 mg/dL. Kadar glukosa darah tergantung
dengan waktu setelah makan. Satu jam pertama setelah makan,
kadar gula darah meningkat menjadi sekitar 130 mg/dL. Setelah 2-3 jam berikutnya kadarnya akan menurun setelah glukosa tersebut digunakan dalam berbagai jaringan. Sejumlah
glukosa diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati dan otot. Bila glukosa
diperlukan untuk energi atau glikogen, kelebihan glukosa akan diubah menjadi
lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali
menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Fruktosa dan galaktosa lain yang dihasilkan dari pemecahan
karbohidrat, langsung diangkut ke hati
yang mengkonversinya menjadi glukosa (Suarsana 2010).
Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik
yang mengalami glukogenesis. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada
saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan
glukosa yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi
sistem saraf dan eritrosit Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adiposa
sebagai sumber gliseralida-gliserol dan mungkin glukosa juga mempunyai peran di
dalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh
jaringan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang
memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray 2006).
Terdapat dua metode utama yang digunakan untuk
mengukur glukosa. Metode yang pertama adalah metode kimiawi yang memanfaatkan
sifat mereduksi dari glukosa, dengan bahan indikator yang akan berubah warna
apabila tereduksi. Metode ini tidak spesifik karena senyawa-senyawa lain yang
ada dalam darah juga dapat mereduksi. Metode yang kedua adalah enzimatik yang umumnya menggunakan kerja
enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bereaksi pada glukosa, tetapi
tidak pada gula lain dan pada bahan pereduksi. Contoh metode yang menggunakan
kerja enzim adalah GOD – PAP dan cara strip (Sacher dan Mcpherson 2004).
Praktikum bejudul Penentuan Kadar Glukosa dalam
Darah. Praktikum bertujuan menentukan kadar glukosa dalam darah dengan
menggunakan metode spektofotometri. Praktikum ini juga bertujuan mengisolasi
suatu makromolekul polisakarida dalam jaringan hewan. Tujuan lainnya yaitu
mengamati perbedaan hidrolisis glikogen oleh enzim dan oleh asam mineral.
METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum mata kuliah biokimia berjudul Mineral.
Pratikum ini dilakukan pada hari kamis tanggal 19 Mei 2016. Praktikum bertempat
di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ialah gelas piala, pipet volumetrik, pipet tetes, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, penangas air, stopwatch, kertas saring, corong,
penjepit tabung reaksi, tabung Folin Wu, dan labu Erlenmeyer. Adapun bahan-bahan yang digunakan ialah darah, akuades, Na-wolframat 10%, H2SO4
0.67 N, kupritartrat, dan fosfomolibdat.
Prosedur Percobaan
Sebanyak 1 mL darah dipipet ke dalam Erlenmeyer kecil.
Selanjutnya, ditambahkan tetes demi tetes 7 mL akuades, 1 mL Na-wolframat 10%,
dan 1 mL H2SO4 0.67 N. Kemudian, dicampur baik-baik dan
dibiarkan 10 menit dengan disaring menggunakan kertas saring. Setelah itu,
disiapkan 3 tabung Folin Wu dan diisi dengan campuran yang telah ditentukan.
Selanjutnya, ketiga tabung tersebut dipanaskan dalam air mendidih selama 8
menit tepat. Kemudian, ketiga tabung tersebut didinginkan dan diencerkan dengan
7 mL akuades. Setelah itu, setiap tabung ditambahkan 1 mL fosfomolibdat dan
dibaca intensitasnya pada panjang gelombang 660 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum pengukuran glokosa darah menggunakan
metode follin wu. Metode
Folin-Wu dikenalkan pertama kali oleh Folin dan Wu pada tahun 1919 (Berkman
2002). Metode Follin Wu digunakan
dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip pengukuran kadar glukosa
darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri akan direduksi oleh gula dalam
darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi
fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru
tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang
terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat
yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena
oksida Mo dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 660 nm. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan
proses filtrasilebih cepat (Suharso 2008).
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang
didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi gelombang dengan panjang berlainan akan
menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan
panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih.
Cahaya putih meliputi seluruh spektrum
nampak yaitu terdapat pada 400-760 mm. Spektrofotometer ini hanya terjadi bila
adanya perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh
perubahan arah spin, hal ini
dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum
Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik
melalui suatu media, maka sebagian cahaya disebut diserap, sebagian
dipantulkan, dan sebagian diteruskan (Sabrina 2012).
Percobaan yang
dilakukan menggunakan beberapa pelarut dan pereaksi. Larutan yang digunakan di
antaranya ialah kupritartrat, fosfomolibdat, standar glukosa, H2SO4,
Na-wolframat, dan akuades. Fungsi penambahan akuades ialah mengencerkan darah
sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades. Albumin merupakan protein
yang dapat larut dalam air serta dapat
terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur.
Penambahan Na-wolframat berfungsi agar darah terbebas dari protein dengan cara
mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. H2SO4
berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh
Na-wolframat. Fungsi pemanasan selama 8 menit bertujuan mempercepat reaksi
(Poedjadi dan Titin 2007).
Pengukuran
glukosa darah menunjukkan bahwa glukosa darah dalam standar lebih besar yaitu
80 mg/ml dari pada dalam sampel yaitu 33.12 mg/ml. Kadar glukosa pada darah
sapi pada percobaan cukup mendekati dengan hasil pada literatur. Kadar
gula darah normal pada ternak ruminansia bervariasi, yaitu antara 40-60 mg/dL
dan 35-55 mg/dL (Poedjiadi dan Titin 2007).
Tabel 1 Pengukuran kadar glukosa
darah
Tabung
|
A
terukur
|
A
terkoreksi
|
[glukosa]
mg/dL
|
A
(sampel)
|
0.360
|
0.346
|
33.12
|
B
(standar)
|
0.850
|
0.836
|
80
|
C
(blanko)
|
0.014
|
-
|
-
|
Contoh perhitungan
Kadar glukosa pada sampel
Cstandar glukosa = 0,1 mg/mL
Faktor Pengenceran (FP) = 8 mL
Asampel terkoreksi =
=
= 0.346
Astandar terkoreksi
=
=
= 0.836
Kadar glukosa darah =
=
=
= 0.3312 mg/mL
= 33.12 mg/dL
Gula darah terlalu tinggi disebut hiperglikemia dan
bila terlalu rendah disebut hipoglikemia. Hiperglikemia dalam jangka panjang
dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang
berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf
(Rahmawati et al. 2009). Beberapa
macam hormon terlibat dalam pengaturan darah ini, salah satunya hormon insulin. Tingkat gula darah dalam tubuh diatur oleh pankreas
dengan cara memproduksi hormon insulin. Insulin bertanggung jawab untuk
mengontrol kadar gula dalam darah dan juga untuk memproses karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia (Bawono 2008).
SIMPULAN
Penentuan kadar glukosa dalam darah dilakukan dengan
menggunakan metode Folin Wu. Penentuan
kadar glukosa juga menggunakan metode spektofotometri. Pengamatan
dengan menggunakan spektronik-20 dengan panjang gelombang 660 nm. Hasil pengamatan kadar glukosa dalam darah yaitu 33.12 mg/dL,
sedangkan berdasarkan literatur kadar glukosa darah normal pada ternak
ruminansia bervariasi, yaitu antara 40-60 mg/dL dan 35-55 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Bawono MN. 2008.
Kontrol hormon insulin dan glukagon dalam perubahan metabolisme selama latihan.
J Pelangi Universitas Negeri Surabaya.
2 (2): 2-4.
Berkman B. 2002. Dasar-Dasar
Kimiawi dan Biologis Biokimia. Jakarta (ID) : EGC.
Marks DB, Marks
AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran
Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta (ID): EGC.
Murray RK, DK
Granner, VW Rodwell. 2006. Harper’s
Illustrated Biochemistry 27th edition. New York (US): Mc
Graw-Hill.
Poedjiadi A.
Titin SFM. 2007. Dasar – Dasar Biokimia.
Jakarta (ID): UI-Press.
Rahmawati, Setiarini A,
Sudikno. 2009. Pengaruh status gizi terhadap kejadian hiperglikemia pada
pegawai negeri sipil: studi kasus kota depok tahun 2009. J Gizi Indonesia. 32(1): 63-65.
Sabrina A. 2012. Perbandingan
metode spektrofotometri UV-Vis dan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) pada
analisis kadar asam benzoat dan kafein dalam teh kemasan [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Sacher RA,
Mcpherson RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta (ID): EGC.
Suarsana IN. 2010. Sintesis
glikogen hati dan otot pada tikus diabetes yang diberi ekstrak tempe. J Veteriner. 11(3):190-195.
Suharso M. 2008. Enzim
dalam Biokimia. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Terimakasih telah membaca artikel LAPORAN BIOKIMIA GLUKOSA DARAH. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://jaringanfathan.blogspot.com/2016/10/glukosa-darah.html. Jika ingin copy paste artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumber.